Minggu, 25 Oktober 2009

Penyebab Alergi Terhadap Seks

Apakah ALERGI itu? Alergi adalah sesuatu yang sangat tidak mengenakkan atau sesuatu yang membuat kita tidak nyaman akan sesuatu. Alergi sangat banyak macamnya. Kondisi alergi debu, alergi bulu hewan, atau alergi makanan sudah biasa kita dengar. Namun, ada satu alergi yang jarang terdengar namun sama berbahayanya dengan alergi lain; alergi seks atau yang dikenal juga dengan alergi seminal plasma. Bagaimana bisa terjadi?

Kondisi “alergi seks” ini diakibatkan karena hipersensitivitas plasma seminal yang dicetus oleh cairan pembawa sperma, bukan karena spermanya. Akibat yang dirasakan oleh wanita yang memiliki alergi ini antara lain adalah; pembengkakkan pada daerah mata, gatal-gatal, diare, peradangan di sekitar rektum, dan kesulitan bernapas. Menurut Dr Jonathan Bernstein dari Universitas Cincinnati, sekitar 20.000 – 40.000 wanita di Amerika Serikat memiliki kondisi seperti ini. Penyebabnya masih diteliti, karena belum diketahui apakah para wanita dengan kondisi tersebut alergi terhadap cairan seminal semua pria atau tidak.

Umumnya para pasien yang datang ke rumah sakit dengan gejala tadi adalah mereka yang baru pertama kali berhubungan intim, namun ada pula yang sudah berhubungan intim sejak lama dengan satu pria. Menurut Dr David Resnick, direktur bagian alergi di New York-Presbyterian Hospital, keadaan “alergi tiba-tiba” meski sudah berhubungan intim sejak lama dengan suaminya ini bisa terjadi usai si wanita melahirkan. Kemungkinannya adalah ketika si istri pertama kali berhubungan intim sebelum melahirkan, kondisi alergi tersebut belum terlalu sensitif. Kala si istri berhenti berhubungan intim selama masa nifas (usai melahirkan) yang berlangsung beberapa bulan, tubuhnya mulai membangun sensitivitas tersebut. Kondisi alergi pun mulai bereaksi ketika suami-istri ini kembali berhubungan intim.

Kondisi hipersensitivitas plasma seminal ini jarang terjadi, kadang disalahartikan dengan kondisi penyakit vaginal lainnya, bahkan sering diartikan sebagai penyakit menular seksual. Para pasien yang memiliki masalah ini namun ingin memiliki anak dari pasangannya harus melakukan teknik perawatan tertentu untuk mengusahakan kehamilan. Misal, melalui inseminasi buatan. Sebelum sperma dipertemukan dengan sel indung telur, terlebih dulu dibersihkan dari cairan pembawanya agar tidak mencetus reaksi alergi si calon ibu.

Cara lain untuk tetap bisa menikmati seks dengan suami adalah dengan menggunakan kondom setiap akan berhubungan atau pengurangan sensitivitas (desensitivitas) yang memerlukan banyak latihan. Bernstein telah memulai mencoba perawatan desentivitas menggunakan suntikan harian yang mengandung protein cairan semen si suami yang telah diisolasikan. Perawatan ini mengharuskan si pasien melakukan hubungan seks setidaknya setiap 48 jam sekali untuk mempertahankan resistensinya.

Sumber : kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kliksaya

statcounter

Pengikut