Bolehkah Orangtua Berbohong Demi Alasan Kebaikan?
Sebagai Orang tua apakah anda pernah mengatakan atau mungkin sangat sering mengatakan sesuatu hal yang mungkin menakutkan kepada anak anda?? Berbohong demi kebaikan itu sering dilakukan orangtua untuk mendisiplinkan anaknya. Misalnya; Ayo tidur kalau tidak awas ada hantu atau jangan nakal nanti di tangkap pak polisi. padahal semua kalimat itu adalah bohong belaka.
Tapi menurut para ahli berbohong demi alasan kebaikan tetap saja akan menimbulkan efek psikologis buat si anak. Bayangkan jika si anak melihat polisi dia menganggapnya bukan tempat untuk minta bantuan tapi orang yang menakutkan.
Dalam Journal of Moral Education disebutkan orangtua yang paling menghargai kejujuran pun terkadang melakukan kebohongan untuk mengontrol anak-anaknya.
Penelitian yang dilakukan Profesor Gail Heyman, dari University of California menyurvei 130 siswa dan orangtuanya tentang kebohongan yang dilakukan orangtua. Hasilnya sungguh mengejutkan, 80 persen orangtua berbohong meskipun pada anaknya mereka sangat keras mendidik agar mereka tidak pernah berbohong
Profesor Heyman khawatir jika orangtua sering berbohong malah akan membuat anak bingung ketika menempatkan diri dalam lingkungan sosialnya. Ketika si anak terancam bahaya di jalan seharusnya dia mendatangi polisi yang berjaga, tapi karena selama ini polisi digambarkan menakutkan si anak pun jadi tak mau minta bantuan polisi.
Sementara psikolog Dr Jack Boyle Glasgow mengaku tidak heran dengan hasil penelitian bahwa 80 persen otangtua berbohong ke anaknya, malah menurutnya bisa lebih dari itu
"Saya yakin yang 20 persen juga melakukan kebohongan, tapi ini tidak selamanya buruk. Bayangkan jika anjing anak Anda mati dan dia begitu sedihnya, kadang orangtua perlu menghiburnya dengan mengatakan anjingnya telah pergi ke surga," katanya seperti dilansir Timesonline, Jumat (4/12/2009).
Profesor Heyman mengatakan lebih baik orangtua memberikan penjelasan yang masuk akal sehingga mengajarkan anak juga untuk berpikir nalar. Jika orangtua selalu berbohong walaupun untuk kebaikan, anak mungkin tidak akan pernah belajar alasan sebenarnya untuk melakukan yang diminta orangtuanya.
Anak yang akhirnya tahu orangtuanya berbohong juga bisa jadi masalah serius karena hilangnya kepercayaan antara anak dan orangtua atau orang dewasa.
"Jika Anda mengatakan kepada anak-anak bahwa berbohong adalah hal yang buruk, apa jadinya jika anak tahu telah dibohongi dia mungkin akan mulai meragukan keterangan yang diberikan orangtuanya dan berpikir 'Ah jangan-jangan Ibu atau Ayah sedang berbohong lagi', dan tentunya buruk jika anak sampai kehilangan kepercayaan ke orangtua," katanya.
Diakui Profesor Heyman, kebohongan yang dilakukan orangtua biasanya hanya sebagai taktik karena permintaan atau perintahnya tidak dituruti anak. Selain berbohong, orangtua juga kadang menggunakan taktik menyuap, memohon hingga mengancam.
BLOG DENGAN ANEKA CONTENT GAYA HIDUP, KESEHATAN, TIPS DAN TRIK, BISNIS, CERITA DAN HUMOR
Tampilkan postingan dengan label anak-anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label anak-anak. Tampilkan semua postingan
Jumat, 04 Desember 2009
Jumat, 25 September 2009
KEKERASAN PADA ANAK
VIVANews - Memukul seringkali dilakukan orangtua atau guru untuk mendisiplinkan anak. Dengan memukul, anak memang bisa langsung menurut tetapi efeknya negatifnya juga sangat besar. Sebuah penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan ratusan anak, menunjukan bahwa anak-anak yang sering dipukul memiliki Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan anak-anak yang tidak dipukul.
"Semua orangtua tentu menginginkan anak-anak mereka pintar. Penelitian tersebut menunjukan bahwa sebaiknya hindari memukul atau kekerasan lain pada anak akan akan berpengaruh pada level IQnya," kata salah satu peneliti, Murray Straus dari University of New Hampshire, Amerika Serikat, seperti VIVAnews kutip dari LiveScience.com.
Murray juga mengungkapkan, anak-anak yang sering mengalami pemukulan cenderung berasal dari latar belakang keluarga yang kurang berpendidikan. Faktor sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh pada kebiasaan orang tua memukul anak.
"Meskipun banyak faktor yang terlibat didalamnya, tetapi saya yakin kalau memukul dan kekerasan lainnya, hanya akan memperlambat perkembangan intelektual dan mental anak," kata Straus
Straus dan dan anggota penelitinya Mallie Paschall dari Pacific Institute for Research and Evaluation di Maryland meneliti ratusan anak yang dibagi dalam dua kelompok. Yaitu 806 anak dengan rentang usia 2-4 tahun, dan 704 anak dengan rentang usia 5 tahun hingga 9 tahun. Peneliti melakukan tes IQ pada anak-anak tersebut empat tahun kemudian.
Hasilnya IQ anak-anak tersebut semakin meningkat dalam empat tahun. Tetapi kelompok anak berusia antara 2 hingga 4 tahun yang sering dipukul, hasil tes IQnya lebih rendah 5 poin dibandingkan dengan anak-anak yang tidak dipukul. Lalu, pada kelompok anak berusia antara 5 hingga 9 tahun, anak yang sering menerima pukulan hasil tes IQnya lebih rendah 2,8 poin dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapat kekerasan.
Straus menambahkan, hasil penelitian tersebut sangat siginifikan secara statistik. Latar belakang pendidikan orangtua, status ekonomi, stimulasi kognitif dan faktor internal serta eksternal lain juga sangat mempengaruhi perkembangan mental dan intelektual anak. Jadi, mulai sekarang hindari melakukan kekerasan pada anak karena akan berdampak negatif pada kehidupannya kelak.
"Semua orangtua tentu menginginkan anak-anak mereka pintar. Penelitian tersebut menunjukan bahwa sebaiknya hindari memukul atau kekerasan lain pada anak akan akan berpengaruh pada level IQnya," kata salah satu peneliti, Murray Straus dari University of New Hampshire, Amerika Serikat, seperti VIVAnews kutip dari LiveScience.com.
Murray juga mengungkapkan, anak-anak yang sering mengalami pemukulan cenderung berasal dari latar belakang keluarga yang kurang berpendidikan. Faktor sosial ekonomi keluarga juga berpengaruh pada kebiasaan orang tua memukul anak.
"Meskipun banyak faktor yang terlibat didalamnya, tetapi saya yakin kalau memukul dan kekerasan lainnya, hanya akan memperlambat perkembangan intelektual dan mental anak," kata Straus
Straus dan dan anggota penelitinya Mallie Paschall dari Pacific Institute for Research and Evaluation di Maryland meneliti ratusan anak yang dibagi dalam dua kelompok. Yaitu 806 anak dengan rentang usia 2-4 tahun, dan 704 anak dengan rentang usia 5 tahun hingga 9 tahun. Peneliti melakukan tes IQ pada anak-anak tersebut empat tahun kemudian.
Hasilnya IQ anak-anak tersebut semakin meningkat dalam empat tahun. Tetapi kelompok anak berusia antara 2 hingga 4 tahun yang sering dipukul, hasil tes IQnya lebih rendah 5 poin dibandingkan dengan anak-anak yang tidak dipukul. Lalu, pada kelompok anak berusia antara 5 hingga 9 tahun, anak yang sering menerima pukulan hasil tes IQnya lebih rendah 2,8 poin dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapat kekerasan.
Straus menambahkan, hasil penelitian tersebut sangat siginifikan secara statistik. Latar belakang pendidikan orangtua, status ekonomi, stimulasi kognitif dan faktor internal serta eksternal lain juga sangat mempengaruhi perkembangan mental dan intelektual anak. Jadi, mulai sekarang hindari melakukan kekerasan pada anak karena akan berdampak negatif pada kehidupannya kelak.
Label:
anak pintar,
anak-anak,
kekerasan pada anak
Kamis, 03 September 2009
Tips Mengajarkan Anak Bersikap Toleran
Sebuah cerita Dewasa tentang pasangan suami istri dalam mengajarkan anak bersikap toleran.
Setiap pasangan hidup atau suami istri selalu mendambakan seorang anak, dan mungkin ini merupakan salah satu tujuan dari perkawinan atau pernikahan tersebut. Di dalam proses pernikahan dan setelah lahirnya seorang anak, para orang tua juga mempunyai kewajiban bagaimana membesarkan dan mendidik Anak-anak tersebut? baik secara lahir maupun bathin.
Anak-anak mempunyai kebiasan yang pada umumnya adalah bermain, Selain itu juga anak-anak bersekolah. Di sekolah anak-anak sudah pasti mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan dan tidak menutup kemungkinan berteman atau bergaul dengan beda jenis dan beda agama serta beda adat dan kebudayaan.
Sebagai orang tua disinilah salah satu kewajiban kita untuk mengajarkan anak bersikap toleran kepada semua orang baik teman maupun kepada orang lainnya.
Berikut Tips Mengajarkan Anak Bersikap Toleran;
Setiap pasangan hidup atau suami istri selalu mendambakan seorang anak, dan mungkin ini merupakan salah satu tujuan dari perkawinan atau pernikahan tersebut. Di dalam proses pernikahan dan setelah lahirnya seorang anak, para orang tua juga mempunyai kewajiban bagaimana membesarkan dan mendidik Anak-anak tersebut? baik secara lahir maupun bathin.
Anak-anak mempunyai kebiasan yang pada umumnya adalah bermain, Selain itu juga anak-anak bersekolah. Di sekolah anak-anak sudah pasti mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan dan tidak menutup kemungkinan berteman atau bergaul dengan beda jenis dan beda agama serta beda adat dan kebudayaan.
Sebagai orang tua disinilah salah satu kewajiban kita untuk mengajarkan anak bersikap toleran kepada semua orang baik teman maupun kepada orang lainnya.
Berikut Tips Mengajarkan Anak Bersikap Toleran;
- Perhatikan perilaku orang tua. Bagi orang tua yang ingin mengajarkan anaknya toleransi harus memperlihatkan sikap menghargai terhadap orang lain dihadapan anaknya.
- Hati-hati dengan bahasa yang digunakan. Anak-anak selalu belajar dari apa yang didengar, untuk itu berhati-hatilah dalam berbicara dengan orang yang berbeda. Jangan membuat lelucon yang menyinggung suatu perbedaan, meskipun terdengar lucu tapi anak bisa mengikutinya.
- Selektif dalam memilih buku, mainan, musik, kesenian dan video. Tetap menjaga pikiran anak bahwa semua orang harus diperlakukan sama, tidak ada yang berbeda.
- Jawablah segala macam pertanyaan anak tentang perbedaan secara jujur dan dengan rasa hormat.
- Mulailah menghargai segala macam perbedaan tersebut dari anggota keluarga sendiri. Perlihatkan cara menghargai anak yang memiliki perbedaan kemampuan, ketertarikan maupun gaya.
- Memberitahu anak bahwa toleransi bukan berarti menghargai perilaku yang buruk. Anak harus diberi tahu perilaku seperti apa yang harus dihargai dan yang tidak perlu dihargai.
- Ajarkan anak tentang perasaan diterima, dihormati dan dihargai. Karena anak yang merasa dirinya buruk akan memperlakukan orang dengan buruk pula, sedangkan anak yang memiliki pertahanan tubuh serta rasa menghormati yang kuat akan memperlakukan orang dengan hormat juga.
- Berikan anak kesempatan untuk bermain dan belajar dengan populasi yang berbeda-beda, sehingga perasaan toleransi itu akan muncul dengan sendirinya.
Label:
anak-anak,
cerita dewasa,
orang tua,
tips dan trik,
toleransi
Langganan:
Postingan (Atom)