Jakarta Fashion Week 2009 hari ketiga kembali dimeriahkan oleh peragaan busana para desainer APPMI, yang terbagi dalam enam sesi. Sesi pertama dibuka dengan peragaan busana koleksi Najua Yanti yang bertema La Bella Etnic.
Najua mengaku terinspirasi oleh pelukis asal Meksiko, Frida Kahlo dengan Latinas-Gypsian Look – nya yang sangat kental. Rangkaian koleksi ini menggabungkan unsur batik dan tenun ikat Nusantara sebagai simbol budaya Indonesia, dipadukan dengan gaya Mexican Coyoacan. Menggunakan warna-warna alam, seperti cayenne red, turqouis, hijau tua, serta hitam dan putih sebagai padu padan, paduan dua budaya terasa kental.
Fuji Tjandra dalam koleksinya yang bertema Progressive Evolution, mengemas busana masa kini dengan paduan bahan print tradisional. Blazer, rok tumpuk, gaun panjang, celana gombrong dipercantik dengan aksen fringe serta ornament lain tanpa kesan repot. Kehadiran tas anyaman yang menyerupai keranjang “besek” juga sangat unik dan playful.
Lain halnya dengan Tuti Adib. Lewat tema Love Story, ia menghadirkan koleksi romantis dalam warna-warna pastel (pink, oranye, ungu, salem) dan bahan sifon sutra bergradasi warna dan shantung. Teknik drapery, frill dengan sedikit payet membuat koleksi ini indah, seperti hati yang sedang dimabuk asmara.
Alice in Robotopia menjadi tema dari koleksi Junie Kwanda. Sang tokoh, Alice, didandani dengan gaun cocktail berwarna baby blue, baby pink, dan putih . Juga rok bervolume tulip, frill tumpuk serta tempelan ornament bunga bantal dibeberapa bagian koleksi. Dengan aksesori rambut dan sepatu yang senada, koleksi ini terlihat fun, cute, dan feminin.
Nieta Hidayani terinspirasi oleh keindahan alam Pulau Bali, termasuk misteri kecantikan seni tradisionalnya. Lewat koleksi bertema The Mystical Beauty of Bali, ia menggunakan kain tenun ikat (endek), sutera Bali, dipadukan dengan bahan sutera sifon. Dengan warna cokelat keemasan dan hijau, serta aksesoris menyerupai topi di kepala membuat koleksi ini menjadi busana muslim yang berbeda dari biasanya.
True Love bagi Siti Haida adalah permainan aksen pleats pada terusan bervolume, baik simetris atau asimetris, dengan warna-warna yang beragam, seperti ungu, krem, oranye, hingga biru turkois. Tambahan mote, kristal, dan bebatuan serta bordir unga-bunga juga meninggalkan kesan glamor nan elegan bagi para penikmatnya. Pilihan material dari koleksi ini meliputi lace, tulle, taffeta, dan sifon yang nyaman di tubuh.
Dian Pelangi terinspirasi dari Moroccan heritage dengan siluet dan pattern nya serta warna khas Turki, yakni cobalt blue, turkois, dan terakota. Padu-padan pakaian dan warna menghasilkan look yang edgy sekaligus multiwarna, cocok dengan tema yang diambil, yaitu
Turkish Delight. Songket Palembang, Jumputan Palembang silk, ATBM songket, voille, dan thai silk dipadu dengan motif-motif Maroko. Tak lupa penutup kepala ala Turki, aksesori kalung tumpuk, gelang besar, tas cantik, serta sepatu yang khas dengan warna yang stand-out membuat koleksi ini sangat segar..
Anastasia mengambil tema yang lain dari desainer-desainer sebelumnya, yaitu La Garconne. Ia mengambil inspirasi dari suit kaum pria di tahun 1920, ketika kaum wanita pada masa itu dianggap tak patur mengenakannya. Koleksi ini mencoba menggambarkan semangat wanita 1920-an untuk menyejajarkan kedudukannya dengan pria. Koleksi yang menggunakan warna hitam, putih dan abu-abu ini menghadirkan pakaian ready to wear untuk wanita dengan gaya androgini yang tak lepas dari siluet dan atributnya. Koleksi ini terlihat simpel namun gaya saat dikenakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar