Ketidakmampuan mengendalikan emosi, seperti marah, memahitkan hati dan menimbulkan penyesalan; untuk memulihkannya, kita butuh perubahan dan pertobatan.
Kapan orang pintar, suci, terhormat menjadi bodoh? Mereka menjadi bodoh saat tidak dapat mengendalikan emosi, misalnya pada saat marah, maka dari mulutnya keluar ucapan mengenai kebun binatang: “Anjing”, “Monyet”, dan lain-lain. Orang yang mendapatkan ucapan seperti itu tentu saja dapat menjadi marah juga, sehingga seringkali menimbulkan pertengkaran di antara keduanya.
Orang yang tidak dapat mengendalikan emosinya pun tidak berbeda dengan binatang itu sendiri. Kita manusia, sebagai ciptaan Tuhan terbaik, memiliki pikiran (otak) dan budi (hati nurani), tetapi binatang tidak memiliki keduanya. Bila anjing ingin kawin, maka ia dapat melakukannya dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Hal ini jelas tidak akan dilakukan oleh manusia yang sehat jasmani dan rohani.
Bila kita melakukan sesuatu karena emosi, maka hasilnya tidak memuaskan bahkan mengecewakan, sehingga yang timbul kemudian adalah penyesalan dan kepahitan hati. Untuk memulihkan semua hal tersebut, maka kita membutuhkan perubahan, atau bahkan pertobataan, agar kita dapat pulih kembali seperti semula.
Nah … daripada menyesal kemudian, marilah sebelum bertindak kita hening sejenak, dan memikirkan apa dampak dari tindakan yang kita lakukan. Jangan lakukan bila dampaknya negatif dan merugikan kita serta orang lain, tetapi silahkan lakukan bila tindakan tersebut memberikan manfaat positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar